Setiap bentuk penemuan baru adalah suatu bentuk matematika… (C. G. Darwin)
Matematika sampai saat ini masih dianggap sebagai “hantu” yang menakutkan bagi anak-anak, bahkan orang dewasa sekalipun, kendati tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini diperparah dengan sosok guru yang tidak bersahabat dengan mereka.
Begitu mendengar kata “matematika” diucapkan, kening kebanyakan orang langsung berkerut. Di kepalanya, terbayang angka-angka rumit yang susah dipecahkan. Dibenaknya, tergambar rumus-rumus yang sulit dihafal dan dimengerti. Matematika seringkali dipahami sebagai suatu yang mutlak, seolah-olah tak ada kemungkinan cara dan jawaban lain yang berbeda-beda. Murid-murid yang mempelajari matematika di sekolah pun menerima pelajaran ini sebagai sesuatu yang mesti tepat dan tak sedikitpun boleh salah. Pendeknya, baik di sekolah atau dirumah, matematika menjadi beban, bahkan hal yang menakutkan.
Dalam proses pembelajaran, tidak sedikit guru cenderung “otoriter”. Mereka terlalu terburu-buru menjejalkan rumus dan berbagai konsep matematika begitu saja. Demi mengejar target, belum selesai murid mempelajari satu topik, guru melompat ke topik lainnya. Hasilnya, setelah bertahun-tahun diajarkan, murid tetap “buta” matematika. Sehingga tak jarang anak mendapat stigma bodoh hanya gara-gara nilai matematikanya buruk akibat gurunya yang tidak mahir mengajar matematika.
Salah satu unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah matematika itu sendiri. Seorang guru matematika harus mengetahui objek yang diajarkan adalah matematika. Sehingga proses transformasi ilmu akan berjalan dengan lancar.
Melalui media ini, saya berusaha melakukan ikhtiar untuk menjawab permasalahan tersebut. Salah satu cara untuk merubah paradigma tersebut adalah dengan membuat matematika itu menyenangkan.
Selamat Bergabung Anak-anakku…

Tidak ada komentar:
Posting Komentar